Cerita Menjadi Petugas Sensus Penduduk 2020

 


Menjadi petugas sensus penduduk 2020 adalah pengalaman pertama saya dalam urusan persensusan. Sensus penduduk dilaksanakan sepuluh tahun sekali, jadi bagi saya menjadi petugas sensus 2020 adalah pengalaman langka yang bakal terjadi. Singkat cerita saya bertugas di desa saya sendiri, yaitu Bendogarap, Klirong, Kebumen.

Bendogarap merupakan desa kecil yang hanya terdiri dari 8 RT. Walaupun kecil, saya tidak paham betul letak batas desa dan banyak orang yang saya tidak kenal. Jadi selama sensus ada beberapa  cerita yang bakal bikin nyengir sendiri, karena tingkah ataupun respon penduduk saat saya berkunjung ke rumah penduduk.

 

1.     Terlihat ganteng saat bertugas

Peristiwa ini terjadi ketika saya mengkonfirmasi data penduduk di salah satu rumah yang sekaligus menjadi warung makan.  Terkadang saya sendiri membeli sayur di warung tersebut ketika di suruh ibu saya. Setelah menjelaskan maksud tujuan, mencatat data no KK dan NIK, saya mengembalikan copy an KK yang saya pinjam sembari berucap, minta foto bareng bu, buat dokumentasi. Kelar foto saya minta pamit.

Ibu nya kemudian bertanya mas nya sih orang mana? Sambil terbahak saya menjelaskan jati diri saya. Ibu pun berucap, owalah saya kira siapa, lohh...mas nya jadi ganteng sih. Dalam hati saya, kalau ibu masih perawan udah saya jadikan istri nih haeheheh...Sayang seribu sayang ibuya sudah punya cucu. FYI soalnya kalau beli sayur make kolor sama oblong, giliran rapi dikit saja langsung terpesona wkwkwkwk.

2.     Bertemu dengan anak spesial (keterbelakangan mental)

Sebenarnya rumah anak spesial ini tidak terlalu jauh dari rumah saya, hanya tetangga RT. Mungkin saya kuper jadi baru  sekali ketemu. Saya bertemu dengan anak tersebut saat konfirmasi penduduk tambahan, yang mana rumahnya hadap hadapan dan anaknya lagi bersama ibunya di rumah tersebut. Selama konfirmasi, saya di recokin dengan pertanyaan yang dia lontarkan. Selain bertanya terus menerus, anak tersebut juga meminjam beberapa alat yang sedang saya kenakan seperti name tag, buku note, dan alat alat lainnya. Pokoknya Anak tersebut semangat dan antusias dengan kedatangan saya. Sesekali, obrolan juga timbul dari ibu anak tersebut dengan menjelaskan keunikan anaknya. Pokoknya, haru  deh, gaul bentar sama anak super spesial ini. Sehat selalu ya nak, buat ibunya ini anugerah dan titipan dari Tuhan buat ibu super hebat.

3.     Saya sudah di sensus

Beberapa orang yang saya datangi ada yang menjawab sudah di sensus, padahal belum. Hal ini terjadi karena sebelumnya sudah ada petugas coklit yang datang untuk keperluan pilkada atau pemilihan bupati Kebumen. Setelah saya menjelaskan bahwa saya adalah petugas sensus penduduk 2020, diadakan 10 tahun sekali dan mendata semua warga dari bayi sampai lansia, mereka menjawab oooo. Hati saya sih bilang Ooooo mblondo dong ...hehehehehe. Yang nyensus kamu kan aku, terus kalau bilang sudah, siapa dong nyensus? Hantu gituh... 

4.     Nama Unik

Mungkin ini bakal terjadi sama banyak petugas sensus. Sebenarnya banyak nama unik, tapi  ada satu nama yang membuat saya dan bu RT terbahak bahak ketika menjumpai nama Ina Solati. Ya alloh ya robb berasa kalau lagi baca namanya pengin saya teruskan menjadi niat solat nih,,,heheheh. Kalau kamu pas  baca namanya, ingin nambah  gimana ? 

5.     Berasa Tour di batas desa

Terdengar lucu, ya memang iya. Jadi desa Bendogarap mempunyai batas desa dengan Klegenrejo. Batas desa ini nempel kaya perangko dengan desa perbatasan. Hanya beberapa rumah dan letak rumah tersebut dengan rumah warga desa terhalang sawah yang luas. Jadi rumah tersebut macam bukan masuk desa Bendogarap. Letaknya yang begitu, membuat saya baru sekali menginjakan kaki di komplek tersebut saat sensus penduduk 2020. Wouw sungguh amazing bukan hehehehehe....

Otomatis dong ketika saya datang bersama ketua RT tak ada warga yang paham/tahu saya. Saya menanyakan apakah setiap kumpulan RT warga tersebut datang dan di undang, jawab pak RT tidak di undang dan tidak datang, soalnya jauh. Owalah jan....diskriminasi gas sih ?heheheh...Tapi untuk beberapa bantuan warga tersebut terdata dan memperolehnya. Kompleks tersebut sering di sebut dagarap tempel oleh warga desa Bendogarap.

Bisa jadi kejadiaan dan cerita ini tidak akan terjadi jika saya tidak menjadi petugas sensus penduduk 2020. Walaupun capek dan pusing selama sensus, semoga menjadi pengalaman yang berharga bagi saya. 

Berharap banget hasil sensus penduduk 2020 bisa menjadi acuan pembuat kebijakan agar kebijakan ataupun pembangunan fasilitas kesehatan dan sarana umum benar benar tepat sasaran.

Tetap jaga kesehatan,  patuhi protokol kesehatan, memakai masker dan rajin cuci tangan dengan sabun agar Indonesia  lekas bebas dari virus Covid 19.

Salam sehat, dari Anto petugas sensus penduduk 2020 desa Bendogarap.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cerita Menjadi Petugas Sensus Penduduk 2020"

Post a Comment