Drama KL


Singkat kisah, gue nemu harga tiket pesawat yang murah meriah. Terlebih lagi hari itu masih dalam rangka hari raya Chuseok, dimana semua masyarakat Korea sedang berlibur dan berkumpul bareng keluarga. Jalanan padat dengan kendaraan dan semua tiket pesawat ke Jeju ludes terjual dan hanya menyisakan harga yang mahal.

Gue sendiri dapat libur empat hari dan plus bolos kerja sehari. Rute penerbangannya mengharuskan gue transit dulu sebelum melanjutkan lokasi tujuan. Jadi gue harus transit di KLIA 2 atau Kuala Lumpur International Airport  2 yang dikhususkan untuk maskapai budget. 

Ini adalah kesempatan kali pertama gue, terbang dengan maskapai low budget. Ya iya lah kan gue seringnya naik bus atau subway... Maskapai model gini memberi banyak pilihan pada calon penumpang mau make bagasi atau cuma pergi dengan bawaan cabin saja. Menu makanan di pesawatpun bisa memilih membeli atau tidak tergantung dari calon penumpang. 

Menu yang gue beli
Perjalanan Incheon ke Kuala Lumpur kira kira 6 jam, dan gue sendiri tiba di KLIA 2 jam sepuluh malam. Beres urusan imigrasi yang super cepat, gue langsung membeli tiket kereta untuk menuju KL Sentral seharga 35 ringgit. Nah, dari KL Sentral masih dilanjutkan lagi naik MRT untuk menuju stasiun KLCC dimana salah satu ikon Malaysia berada.

Jadi pergi cepet cepet dan berusaha fokus agar tidak salah jalan hanya untuk satu tujuan yaitu lihat gedung menara kembar atau Petronas Twin Tower. Keluar dari stasiun KLCC, menara itu sudah berdiri kokoh dengan sorot lampu yang sangat terang. Waktu sampai Petronas Twin Tower sudah menunjukan jam setangah dua belas malam, tapi lokasi masih banyak orang yang sedang asyik berfoto atau sekedar duduk menikmati malam di area taman gedung itu.


Gue sendiri begitu sudah lihat langsung gedung itu merasa takjub aja. Tinggi, dan begitu terang dengan lampu sorot kala malam hari. Gue langsung beraksi ambil handphone, keluarkan tongsis dan jeprat jepret selfi asyik dengan bantuan tongsis. Beberapa tempat ada petunjuk untuk ngambil foto agar menghasilkan foto yang bagus, Perlu diketahui juga untuk dapat selfi dengan gedung ini gue rasa mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi. Gue aja sampe lihat orang jumpalitan dengan berbagai gaya agar bisa dapat ngambil foto sesuai harapan.

Lokasi gedung ini dijaga oleh beberapa polisi keamanan yang menjaga agar pengunjung tidak berfoto dilokasi lokasi yang sudah diberi garis batas. Pokoknya polisi ini selalu beraksi dan menegur para pengunjung yang tidak tertib. Sekitar gedung ini juga banyak gedung gedung lain khas perkotaan, tapi gue rasa jalanannya tidak sepadat Jakarta.

Ehm...bagus, cuma kalah saing aja sama Petronas twin tower
Jam dua belas malam beberapa lampu sorot gedung dipadamkan dan para polisi gedung itu langsung memberi informasi ke orang orang yang masih dilokasi depan gedung bahwa sudah tutup. Gue aja berkali kali dikasih tahu bukan tempe sama polisi tersebut. Okeh gue tahu keleus cuman kan gue pengin disini dulu. Eloh sih gak tau kalau gue ini pengin ngeksis dulu bentaran....

Selain selfi asyik dengan tongsis gue juga minta bantuan orang untuk ngambilin foto. Dan ternyata hasilnya yah gedungnya gak terlihat, tapi terima kasih aja lah kan udah mau motoin gue. Setelah berkali kali minta tolong orang buat motoin di tempat jalan jalan, tingkat kepuasan gue sangat rendah dengan hasil fotonya. Tapi yah gue sadar juga sih kadang ada faktor X agar dapat foto bagus dan salah satunya adalah objek model nya yang kurang bagus. Okeh fain gue terima itu..

Foto diambil oleh orang yang tak di kenal
Rencana balik ke KL Sentral sih naik MRT lagi tapi apa daya jam operasionalnya sudah tutup. Daripada gue jalan gempor dan gak tau jalan, akhirnya naik taksi yang bertulis bermeter dan gak boleh tawar menawar. Ya elah mobil taksinya jadul abis tapi AC mobil masih dingin. Pas sudah nyampe gue rasa argo cuma nunjukin harga 14 ringgit dan pas mau bayar sopir mencet argo dan gubrag harga jadi 21 ringgit. Ajaib deh, dan gue setengah protes tapi sopirnya bilang buat tips atau apalah gue gak gubris. Wajar kali yah karena sebelum pergi gue baca kalau taksi di Kuala Lumpur itu terjelek di dunia. Ehmmm...tapi di Jakarta juga ada kok yang kayak gitu...

KL Sentral masih rame orang dan beberapa foodcourt dan minimarket masih buka. Gue harus nunggu ampe jam tiga pagi buat naik bus ke bandara. KL sentral itu menurut gue, kawasan sentral dimana semua transportasi terhubung ke beberapa daerah di Malaysia dan yang jelas ada Mall nya. 

Duduk dilantai nyender didinding sambil makan jajan itu yang bisa gue lakukan buat nunggu. Dan tak berapa lama kemudian ada orang Indonesia juga yang senasib dan ternyata mempunyai jadwal penerbangan yang sama. Mayanlah bisa ngobrol biar gak boring gegara hape gue gak bisa konek dengan wifi di KL sentral.  

Gak tidur semalaman dan ampe bosen nunggu itu yang bisa gue lakukan sebelum terbang untuk rute selanjutnya. Ehm...tapi pengorbanan aja kali yah biar bisa eksis di Petronas Twin Tower. Namanya juga hidup katanya harus ada pengorbanan, begitupan juga orang yang demen eksis, mereka juga butuh pengorbanan.

Thanks Tongsis

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Drama KL"

Post a Comment