Penjual Gaje di Korea

Pengalaman gue itu beragam selama tinggal di Korea, khususnya masalah belanja beberapa barang keperluan. Mulai dari baju, barang elektronik atau bahkan barang kebutuhan pokok sehari hari. Hukum pembeli itu raja tidak selamanya berlaku dan pengalaman pahit yang gue alami dengan beberapa pedagang juga tidak bisa digeneralisir. Intinya sih dimana mana ada penjual yang baik dan penjual yang kurang piknik alias bikin kezel yang beli.

Beli Kamera di Yongsan 

Gue mempunyai kebiasaan, apabila sebelum membeli beberapa barang elektronik terlebih dahulu melakukan browsing tentang barang di Google. Tujuannnya sih biar nanti setelah nyampai tempat langsung mempunyai pilihan dan tidak bingung. You know lah semakin banyak pilihan semakin membuat gue bingung menentukan pilihan. Selain hal tadi dengan survei di google terlebih dulu, bisa memperkirakan harga dan kemampuan gue dalam membeli suatu barang yang diinginkan.

Sudah browsing dan sudah mantap beli merk kamera dengan serie x. Lihat lihat toko dan akhirnya melihat barang yang dinginkan. Tanya harga sama yang jual dan penjual langsung mempersilahkan duduk untuk penawaran dan berbagai hal. Lihat barang, nyoba dan deal harga sudah gue lakukan. Masalahnya adalah penjual dengan ngototnya menawarkan barang lain dengan harga yang gak sesuai budget gue, walaupun kualitas lebih bagus.

Gue masih tidak bergeming untuk barang pilihan sedari awal, dan penjual masih berbusa busa promosi produk X. Nada suara makin meninggi karena gue tetap gak mau beli barang itu, berbegai ucapan gak sopan dengan nada keras dia lontarkan ke gue. Saking sudah sebelnya, gue langsung ngambil kartu debit gue yang dia pegang dan tancap gas pergi dari toko. Penjual masih ngomong dan gue cuma mbatin demi apa cobak ada penjual  punya barang mau di beli kok ribet amat dan malah maksa gue untuk beli yang dia tawarkan. Pengalaman ini adalah pengalam beli barang tak terlupakan sepanjang sejarah gue.

Spec Laptop tidak sesuai brosur

Ini entah kesalahan gue atau yang jual. Tapi gue sih lebih menyalahkan diri sendiri. Ceritanya gue masih belum lama tinggal di Korea dan pengin beli laptop. Yongsan sudah terkenal buat barang macam begitu, gue pun pergi dan melihat barang yang memang sesuai budget.

Lihatlah barang yang memang sesuai harga dan spesifikasi sih menurut gue oke. Nanya harga dan tawar menawar akhirnya deal harga. Barang dibuka segel dan karena gue minta instal program office jadi gue nunggu. Sebelum dikemas lagi, penjual menyuruh gue untuk ngecek sendiri. Pengecekan gue, cuma sudah diinstal office, berarti oke deh.

Permasalahannya adalah di brosur tertulis hard disk 500 giga dan pada saat gue pulang dan buka buka laptop ternyata hardisk hanya 100 giga. Omaigat lah, ini gue yang bego atau penjualnya yang gak bener. Dus laptop dengan alasan malas bawa gue gak minta dan ditinggal di toko. Pesan gue, jadilah pembeli yang pintar jangan kayak gue ini.

Gak punya duit?

Itu adalah pertanyaan lancang yang dilakukan dari penjual ke gue, saat melihat barang barang di Dongdaemun. Duh berasa pengin gampar mulut penjual sama sepatu. Tapi daripada gue darting mending pergi saja ninggilan penjual.

Jadi pengalaman macam ini pernah juga dialami sama teman blogger saat di myengdong. Dengan berbagai alasan apapun gue tetap tidak suka dengan macam penjual macam ini. Gue pribadi gak tahu apakah penjual macam itu melakukan hal yang sama pada penduduk lokal. Atau hanya perlakuan ke beberapa orang yang memang dianggap gak berduit banyak, atau bahkan sebagai cara biar pembeli emosi, kemudian beli barangnya. Yah pembeli juga bisa menunjukan gue punya duit, dengan cara beli barang sama penjual gaje tersebut.

Pertanyaannya dalam bahasa Korea begini bunyinya "Don opso?" Jika sudah ada kata kata itu gue pergi aja dan bye sama penjual kurang karoke itu.

Penjual rajin beberes dan dengan gaya maksa agar segera beli

Tipe ini banyak di pasar atau beberapa di stasiun bawah tanah. Nanya harga, pilih pilih kemudian dia akan agak maksa menurut gue. Selain itu juga jika gue megang barang, penjual langsung beberes dan balik rapi rapi barang yang gue pegang.

Gue rasa penjual macam ini bikin mood belanja gue hilang. Kalau barang gak boleh dipegang atau dicoba taruh saja dilemari display biar berjamur. Kalaupun udah sreg sama barangnya gak usah buru buru juga kali buat nyuruh segera bayar dan berasa ngusir pembeli.

Ambigu dengan  2+1 harga sekian

Model pemasaran dengan promo 2+1 harga sekian, sering gue jumpai di supermarket. Jadi awal datang di Korea masih belum lihai baca baca tentang diskon atau barang promosi. Tapi yang ini murni gue nya aja yang perlu belajar bahasa. Ceritanya produk promosi di cantumin brosur gede 2+1 7500 won. Nah ya sudah murah banget yah beli tiga harga 7500 dalam hati gue, buruanlah masukin keranjang.

Pas bayar kok habis banyak yah, jadi setelah lihat struk ternyata harga produk per item 7500 dan beli dua gratis satu. Demi apa cobak promosi beli dua gratis satu gak di tulis aja cuma di tulis 2+1. Tapi ini gak terjadi sama gue doang sih, teman TKI lain juga pernah mengalaminya. Setelah di pikir pikir, dimana mana kan biasanya harga per-item, gue nya aja yang harus belajar bahasa Korea biar paham promo di supermarket.

Pengalaman itu mengajarkan gue harus lebih hati hati baca promo dan jadilah pembeli yang pintar dan bijak. Untuk tipe penjual gaje dimana mana ada dan gue berdoa semoga cepat insyaf biar calon pembeli gak kabur. Tips nya biar gak menjumpai penjual gaje dan terjebak bahasa promo adalah jangan shoping. Dijamin berhasil dan bikin isi dompet aman guys...


Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Penjual Gaje di Korea"

  1. Ada email?
    hubungi saya di email ecalling16@yahoo.com

    Mau tanya tanya seputar korea

    Terima kasih
    Salam,eko

    ReplyDelete